welcome

SELAMAT DATANG DI BLOG YANG ASIK #ASSIIIK.

Sabtu, 14 April 2012

contoh cerpen : Jejak Pemuda


               
                Lembayung senja mulai menampakkan dirinya.  Saat itu, jarum jam dan menit berada dalam garis yang  tegak lurus, sang mu’adzin bangkit dari duduknya dan mendekatkan bibirnya  pada ujung  pengeras suara . Daun - daun beterbangan  dihempas angin sepoi-sepoi, sayup sayup  terdengar suara burung bersiul, guratan-guratan jingga yang memenuhi langit mengiringi langkah langkah kaki mereka yang hendak menuju ke baitullah.
                Maghrib itu begitu indah, jama’ah penuh dan bershaf rapi, shalat yang begitu khusyuk menyampaikan setiap  bait do’a dihadapan Allah swt. Setiap aliran darah dalam gerakan tuma’ninah begitu indah meski masjid yang hanya berukuran 6x6 itu tampak sudah tidak begitu bagus, warna cat yang sudah pudar, pagar yang sudah tua dan halaman yang tidak begitu mulus.
                Sudah 30 menit berlalu sejak shalat maghrib yang berjama’ah itu usai, orang-orang telah meninggalkan masjid dan kembali kerumahnya masing-masing. Namun seorang pemuda masih saja terhanyut dalam do’anya, matanya terlihat berair, tangannya tetap terbuka didepan wajahnya dan mulutnya tidak berhenti bergerak.
                ’Siapa gerangan pemuda ini?’ gumam haji Usman yang setiap maghrib memang selalu menetap di masjid untuk mengaji menunggu datangnya waktu isya. Didorong rasa ingin tahu, haji Usman  mendekati pemuda tersebut. Ditanyanya pemuda tersebut
  “Maaf adek ini siapa ya? Saya tidak pernah lihat adek disini sebelumnya”
  “oh Bapak, nama saya Rizki pak. Saya memang bukan orang sini, cuma kebetulan shalat maghrib disini” jawab pemuda tersebut yang ternyata bernama Rizki.
  “oh, memang nak Rizki ini dari mana asalnya dan ada urusan apa didaerah sini ?” Tanya Haji Usman lagi yang melihat ada kesedihan dimata pemuda ini.
  “Saya dari Cirebon,pak. Kemari ingin mencari kerja, tapi Allah berkata lain. Sebelum saya mendapat pekerjaan saya kecopetan dan sekarang saya tidak punya apa-apa” jelas Rizki yang terlihat sangat sedih meratapi nasibnya.
  Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun.  Yang sabar ya nak Rizki, dibalik semua itu pasti Allah memiliki rencana lain yang lebih baik.  Umm… bagaimana kalau nak Rizki ikut saja dulu ke rumah saya,ya walaupun saya tidak bisa membantu apa-apa pada nak Rizki tapi lebih baik nak rizki makan dulu, sepertinya nak Rizki belum makan” ajak Haji Usman yang merasa iba pada Rizki namun iapun tidak bisa membantu apa-apa.
  “Tidak usah,pak. Terimakasih. Saya tidak ingin merepotkan, saya akan berusaha untuk segera mendapat pekerjaan”. Haji Usman yang berhati lembut tidak memaksakan kehendaknya. Ia sangat kagum pada pemuda itu, dijaman sekarang ini, diantara sekian banyak pemuda yang masih merengek minta uang pada orangtuanya atau bahkan yang telah menjadi penjahat akibat kejamnya dunia,  Rizki disini begitu tenggelam dalam do’a-do’anya dan masih ingin terus berusaha mengatasi masalahnya.
                Haji Usman pun akhirnya pulang ke rumahnya, meninggalkan Rizki sendiri yang masih terus berdo’a. Ia berniat untuk mengambilkannya makan karena Haji Usman tahu didalam lubuk hatinya, Rizki tidak ingin menolak ajakannya.
                10 menit kemudian Haji Usman kembali ke masjid dengan membawa sepiring nasi beserta 2 tahu dan 1 tempe ditangan kanannya dan segelas penuh air putih ditangan kirinya, namun orang yg hendak diberinya makan itu telah menghilang dari masjid itu, Haji Usman menyimpan makanannya disamping mimbar. Ia melihat ke tempat wudlu, tidak ada orang.
 ‘Sepetinya sudah pergi’ gumam Haji Usman yang baru menyadari sudah tidak ada sandal lagi diluar selain miliknya. Ia pun menyimpan makanannya kedalam mimbar, untunglah ia yang akan menjadi imam saat itu.
                Waktu menunjukkan isya sudah tidak lama lagi, dari luar sudah mulai terdengar langkah-langkah kaki mereka yang hendak menuju masjid untuk melaksanakan ibadah yang 27 derajat lebih bak daripada dilakukan sendiri itu.
                Shalat 4 raka’at itu terasa begitu syahdu,  aroma dedaunan yang terhembus angin menusuk hidung jama’ah, suara wirid bergema disegala arah. Haji Usman yang juga sedang melafazkan dzikir tiba-tiba dikagetkan oleh sebuah suara. Ali, salah satu remaja masjd Ath-thayyibah memanggilnya.
  “Pak Haji, kotak amal masjid hilang”
   “Astaghfirullahal’azhim, kamu tahu siapa yang ngambil?” Tanya Haji Usman dengan wajah sedikit panic.
   “Kata Abdul, tadi dia sempat melihat seorang pemuda memakai kemeja putih membaca sebuah kotak kotak, berjalan keluar dari arah masjid. Tapi karena gelap jadi nggak kelihatn, lagipula katanya takut salah, nggak mau su’udzon” Ali menerangkan
                Haji Usman tercengang, dia tahu persis siapa pemuda itu ….

0 komentar:

Posting Komentar